Nevermind milik Nirvana emang jadi perhatian di awal '90-an.
Tapi band grunge/punk asal Los Angeles beranggotakan para wanita riot grrrl ini juga harusnya
bertanggungjawab terhadap perubahan scene musik saat itu. Penampilan
liar juga jauh dari kesan feminim menjadi sensasi yang juga point tersendiri
bagi mereka. Kalo ngeliat dari segi musik, L7 bisa dibandingkan dengan
band-band senior mereka sebelumnya kaya Ramones dan Motorhead.
Tahun 1991, album mereka “Smell The Magic” menghasilkan hits
“Shove” yang sukses dengan vokal serek milik Donita Spark - ditambah distorsi
gitar Suzi Gardner dan beat drum ala grunge dari Dee Plakas. Sebenernya
L7 udah kebentuk dari taun 1985, tapi mereka baru ngerekam ep pertama “L7”
tahun 1988 dan mulai perjalanannya di klub-klub kecil Los Angeles. Pada 1992
album ketiga “Bricks Are Heavy” rilis. Dari segi musik, album ini lebih berat
dan lebih kotor dari album sebelumnya-dengan hits ”Pretend We’re Dead”. Lalu
“Hungry For Stink” menjadi album mereka selanjutnya yang juga menandai
perkembangan musik mereka.
Dalam pembuatan album kelima The Beauty Proccess,
pemain bass Jennifer Finch tidak ikut rekaman yang berujung cabutnya dia dari
band. Greta Brinkman menjadi bassist setelah sebelumya Gail Greenwood mengisi
posisinya. Sejatinya album ini disukai para kritikus, bahkan majalah Rolling
Stones mengatakan kalo L7 memberikan
gaya punk klasik yang cukup segar.
Slap-Happy menjadi karya terakhir mereka pada 1999
dengan bassist Janis Tanaka yang menggantikan Greta. Dan akhirnya di 2001 mereka
mengumumkan tidak lagi tour. Spark sendiri mengejar solo kariernya
bersama Plakas. Dibalik segala kontroversinya, L7 bubar setelah apa yang mereka
perbuat dengan menentang segala jenis stereotip yang ada dan membuat banyak
wanita kini mulai mengambil instrumentnya.
*diambil dari tulisan gua di JUICE Magazine edisi 86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar