“Aku
nggak ngerti sama kita?” tiba-tiba saja kalimat itu terucap dengan lelahnya
dari seorang pria. Wanita di sampingnya tertegun mendengar kalimat yang keluar
dari pria yang sedari tadi bersamanya
“..maksud
kamu?” ucap si wanita dengan terbata.
“Kamu
sadar nggak sih kalo kita selalu mempersalahkan setiap masalah yang ada, walau
masalah itu kecil sekalipun, kita selalu ngebawanya dalam waktu yang panjang..”
papar si pria. Ia menambahkan dengan perlahan, “Kita udah lama kan pacaran,
udah lama berhubungan kaya gini. Udah terlalu banyak masalah yang ada di kita.
Meskipun akhirnya masalah itu selesai, tapi secara nggak langsung kita selalu
mengulang hal itu..” jelasnya.
Dengan
tatapan kosong, wanita di sampingnya terus mendengarkan, memahami setiap kata
yang keluar dari mulut yang sering ia kecup berkali-kali itu.
“..kamu
mau kita selesai?” tembak si wanita dengan mengambil kesimpulan dari semua
bahasan yang mereka bicarakan. Sudah 30 menit lebih mereka duduk bersama. Tapi
sudah tak terhitung daun yang jatuh dari dahan pohon di atas mereka-yang di
bawahnya menjadi tempat mereka beradu persepsi, menahan ego.
“..kayanya
kita udah sampai pada saat dimana ini adalah bagian akhirnya..” jelas si pria
yang sepertinya sudah cukup baginya menahan semua kata-kata itu.
Pandangan
si wanita terjatuh. Ia tak percaya apa yang pria sampingnya ini katakan meski
Ia tahu ini akan terjadi. Seperkian detik, akhirnya ia menyadari bahwa sudah
jelas apa yang dimaksud si pria. “..kalo itu yang kamu mau, ...aku minta satu
permintaan dari kamu”
Si
pria memberanikan diri memandang wanitanya, “..kamu mau minta apa?” ucapnya
perlahan.
“..aku
minta kamu bayarin makanan yang kita makan ini..”
Rafa
terbahak dan tentu saja diikuti Alisa yang tak kuat menahan gelak tawanya.
“..udah
ah. Kasian tau mereka. Lagi duduk-duduk enak gitu kita dubbing-in
gini.” Kata Alisa seraya sebelah tangan menutup mulutnya yang tertawa lebar.
Tampak bagaimana terlihat puasnya wajah Rafa dan Alisa yang menjahili pasangan
yang duduk tidak jauh dari tempat mereka.
“..jadi
ceritanya mereka putus gitu, terus ceweknya minta permintaan, bayarin makanan
kita berdua. Lah?? Kok yang dibayarin makan malah kita? Kenal juga nggak!!”
Rafa melanjutkan tawanya. Alisa makin terpingkal mendengar kesimpulan dari
pacarnya. Nafas mereka terengah-engah.
”Ah
kamu bodoh.. Masa tiba-tiba kita yang dibayarin. Ngaco!!”
Dengan
perlahan tawa mereka berhenti. “udah deh ah, capek.” Rafa lanjut menghisap
rokoknya. Sementara pacarnya, Alisa, melepas dahaga dengan minuman botol yang
sudah mereka pesan dari satu jam lalu.
Taman
Suropati di Minggu sore tidak terlalu ramai. Terlihat hanya segelintir anak
muda berkumpul di beberapa titik. Ada juga orang yang berlari kecil
mengelilingi taman. Sisanya adalah pengamen, penjual kopi keliling, pedagang di
tepi taman dan beberapa pasangan, termasuk mereka berdua. Entah mengapa sebuah
taman yang cukup besar dan asri ini tidak memiliki banyak pengunjung. Mungkin
kebanyakan orang atau keluarga sudah memilih mall/department store sebagai
tempat tujuan berakhir pekan. Atau bahkan tidak sedikit yang menghabiskannya
dengan pergi ke luar kota.
Pohon-pohon
besar di sekitar taman sedikit menghalang laju cahaya matahari di tempat mereka
sore ini. Udara cukup bersahabat. Rambut Alisa bergerak ke belakang, terkena
hembusan angin yang lewat. Dari samping, kerangka wajah Alisa terlihat. Lekuk
rahangnya yang kurus seksi, hidungnya yang mancung, dagunya. Bergerak pelan ke
bawah, lehernya yang jenjang terbuka. Sedikit ke bawah lagi, balutan baju
terusan bermotif kembang dengan warna cokelat yang dominan membungkus setiap
lekuk indah tubuhnya. Lalu flat shoes putih menjadi alas untuk
kakinya yang mungil. Hampir sempurna. Bahkan ini sudah sempurna untuk seorang
Rafa.
“Kamu
kaya angsa.” kata Rafa tenang.
Alisa
mengernyitkan dahi, “..kamu mau ngegombal?”
“Sesuatu
yang benar mirip dengan kenyataan apa harus disamakan dengan gombal?”
“..jadi
kamu ngeledek?”
Rafa
terkekeh, sejenak mereka berdua terdiam.
“Kenapa
angsa?” tanya Alisa.
Berpikir,
Rafa mencoba mencari alasan yang tepat. “Angsa punya sayap, tapi nggak bisa
terbang tinggi. Sama kaya kamu.” jelasnya.
Alisa
paham dengan penjelasan pacarnya. “Kenapa nggak merpati? Kan bisa terbang.
Tinggi lagi.”
“Nggak
ah. Kekecilan. Lagian kalo kamu terbang tinggi terus ntar aku sama siapa
disini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar